Ratusan Siswa Sekolah Rakyat Mengundurkan Diri, Ini Kata Pakar dan Pemerintah

Jakarta — Kabar mengejutkan datang dari berbagai daerah di Indonesia. Ratusan siswa dilaporkan memilih mundur dari Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan berasrama yang dirancang untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu. Meski tujuannya mulia, fenomena ini mengundang perhatian banyak pihak, termasuk pakar dan pejabat pemerintah.

Pakar Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat IPB University, Prof. Lala M. Kolopaking, menilai persoalan ini menunjukkan kurangnya pendekatan sosial budaya yang matang sebelum program dijalankan. “Program Sekolah Rakyat sangat baik, tetapi seharusnya diawali dengan pemetaan sosial budaya dan pelibatan masyarakat secara partisipatif. Masyarakat harus menjadi subjek, bukan sekadar objek penerima manfaat,” ujar Lala, Selasa (12/8/2025).

Menurutnya, absennya dialog sejak awal bisa membuat siswa merasa terasing, apalagi jika mereka harus tinggal jauh dari budaya dan keluarga. Rasa homesick pun menjadi alasan kuat bagi sebagian anak untuk mundur. Lala menekankan, sekolah berasrama memang potensial membantu anak desa, namun keberhasilannya bergantung pada proses adaptasi, pemilihan siswa sesuai latar belakang sosial budaya, serta relevansi kurikulum dengan potensi ekonomi lokal.

Sementara itu, Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengungkapkan, daerah dengan jumlah siswa mundur terbanyak adalah Jawa dan Sulawesi, masing-masing 35 siswa. Disusul Sumatera (26 siswa), Kalimantan (10 siswa), Maluku (5 siswa), serta Bali dan Nusa Tenggara (4 siswa). Meski begitu, sebagian besar sudah digantikan oleh siswa baru yang siap masuk asrama. “Kami tidak memaksa. Kalau mundur, kami langsung siapkan pengganti,” tegas Gus Ipul.

Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono menilai, pengunduran diri ini bukan masalah besar, melainkan bagian dari proses adaptasi. “Sekolah rakyat adalah habitat baru. Wajar jika ada yang mundur karena belum terbiasa. Yang penting, pemerintah terus membuka kesempatan karena masih ada jutaan anak yang butuh sekolah,” ujarnya.

Bagi pelaku usaha di wilayah Banten dan sekitarnya, termasuk Tangerang, isu pendidikan seperti ini menjadi cerminan pentingnya komunikasi efektif kepada masyarakat. Salah satu cara menjangkau audiens lokal adalah dengan pasang iklan radio Tangerang. Melalui strategi pasang iklan radio Tangerang, pesan bisnis bisa dikemas informatif sekaligus menyentuh sisi emosional pendengar, membangun kedekatan layaknya dialog langsung, sehingga promosi tidak sekadar terdengar, tetapi juga diingat.

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest News
Categories

Subscribe our newsletter

Purus ut praesent facilisi dictumst sollicitudin cubilia ridiculus.