Mendidik Gen Z: Generasi Ambisius yang Butuh Bimbingan Penuh Empati

Niko

YOGYAKARTA – Generasi Z, yang tumbuh bersama dunia digital dan media sosial, membawa semangat baru yang penuh ambisi dan kepercayaan diri. Namun, di balik sikap optimistis mereka, tersembunyi tantangan besar dalam menghadapi tekanan sosial dan emosional yang makin kompleks.

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) jadi salah satu dampak nyata dari tingginya interaksi Gen Z di media sosial. Ketakutan tertinggal tren atau pencapaian orang lain sering kali memicu stres hingga gangguan kecemasan. Situasi ini diperparah oleh tekanan akademik yang menghantui sebagian besar mahasiswa Gen Z saat menempuh studi mereka.

Menurut Prof. Dr. Yayi Suryo Prabandari, pakar Psikologi Klinis dari FKKMK UGM, dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial berperan penting dalam membentuk karakter dan stabilitas emosional Gen Z. Ia menekankan bahwa meskipun mereka tergolong generasi yang percaya diri dan ambisius, tak sedikit yang memerlukan kesadaran akan batas kemampuan dirinya sendiri agar tak terjerumus dalam tekanan batin.

“Orang tua perlu membimbing anak dengan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik generasi ini,” ungkap Prof. Yayi dalam sebuah seminar yang dikutip dari situs resmi UGM.

Gaya Belajar Gen Z yang Dinamis dan Digital

Dalam dunia pendidikan, Gen Z menunjukkan preferensi yang unik. Mereka tidak lagi cocok dengan gaya belajar konvensional seperti ceramah satu arah. Sebaliknya, mereka cenderung memilih metode belajar yang personal, berbasis visual, serta interaktif. Penggunaan Learning Management System, video edukatif, dan media digital menjadi favorit utama dalam proses belajar mereka.

“Generasi Z menyukai materi visual dan interaktif, serta senang menerima feedback. Mereka ingin proses belajar yang terasa personal dan disesuaikan,” tambah Yayi.

Ia juga menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak. Tidak sedikit dari mereka yang mencari jati diri dengan cara berbeda dari generasi sebelumnya. Maka, membandingkan masa lalu dengan realitas sekarang bukanlah solusi. Sebaliknya, diskusi dua arah dan empati lebih dibutuhkan.

Peran Orang Tua Tak Kalah Penting

Ketua Persatuan Orang Tua Mahasiswa (POTMA) Fapet UGM, Cossa Rusmala Dewi Tamia, menyebut bahwa pendampingan dari orang tua harus dibekali dengan pemahaman mendalam terhadap karakter anak. Pemberdayaan orang tua dinilai krusial dalam membentuk generasi muda yang tangguh dan siap menghadapi dunia nyata.

Dukungan ini pun mendapat sambutan dari pihak akademik. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fapet UGM, Ir. R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, mengapresiasi seminar parenting yang diinisiasi oleh POTMA. Ia menyampaikan bahwa kesehatan mental mahasiswa kini menjadi faktor krusial dalam menunjang proses belajar. Melalui kegiatan ini, orang tua diharapkan belajar cara mendorong semangat belajar anak dengan cara yang lebih tepat sasaran.

Pada akhirnya, mendidik Gen Z bukan sekadar soal memberikan aturan, tetapi soal membangun komunikasi yang sehat, memberikan dukungan emosional, dan menciptakan ruang aman bagi mereka untuk tumbuh.

Sama seperti bagaimana komunikasi efektif dibutuhkan dalam membina generasi muda, begitu pula dalam menjangkau masyarakat luas. Salah satu strategi yang bisa dipertimbangkan pelaku usaha adalah dengan pasang iklan radio Tangerang, yang dikenal mampu menjangkau pendengar lintas generasi dan memperkuat pesan brand secara lokal dan emosional.

Share this post :

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *