Jakarta — Gelombang demonstrasi yang terus meluas sejak akhir Agustus kini mendapat sorotan tajam dari kalangan akademisi. Andri Rusta, pakar politik Universitas Andalas (Unand), menilai situasi yang berlarut-larut berpotensi menggerus legitimasi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, bahkan dapat menimbulkan gejolak yang berdampak pada kepercayaan publik maupun pasar internasional.
Menurut Andri, penggunaan ancaman tembakan terhadap massa anarkis seharusnya hanya dijadikan langkah terakhir. “Kalau situasi masih bisa dikendalikan, kepolisian seharusnya menghindari jatuhnya korban jiwa. Tindakan tegas itu mestinya menjadi opsi terakhir, bukan langkah utama,” jelasnya saat dihubungi Tempo, Minggu (31/8/2025).
Instruksi Tegas Kapolri
Sebelumnya, sebuah video beredar luas memperlihatkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menginstruksikan bawahannya untuk tidak ragu menembak kelompok anarkis yang menyerang markas dan asrama kepolisian. Dalam arahannya, Listyo menekankan penggunaan gas air mata hingga peluru karet, dan bila situasi semakin genting, tindakan tegas bisa diberlakukan.
“Haram hukumnya markas polisi diserang. Jika asrama didobrak atau dibakar, gunakan peluru karet untuk melumpuhkan mereka,” ujar Listyo dalam video tersebut. Ia juga menegaskan siap bertanggung jawab penuh atas perintah itu karena mandat langsung datang dari Presiden Prabowo.
Ancaman Darurat Militer
Andri menilai wacana darurat militer justru akan memperburuk keadaan. Menurut dosen Ilmu Politik Unand ini, langkah represif berlebihan dapat semakin menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. “Kalau kemarahan publik bisa diredam, darurat militer tidak seharusnya diterapkan sekarang,” ujarnya menambahkan.
Gelombang protes sendiri bermula dari aksi menolak besarnya tunjangan anggota DPR pada 25 Agustus 2025, yang kemudian melebar menjadi kerusuhan di berbagai kota besar. Insiden tragis yang menewaskan Affan Kurniawan, pengemudi ojek online, setelah terlindas kendaraan taktis Brimob, semakin memicu kemarahan publik. Dari Jakarta, Bandung, Makassar, hingga Surabaya, massa turun ke jalan dan bentrokan dengan aparat pun tak terhindarkan.
Pada puncaknya, Jumat malam (29/8/2025), demonstrasi berubah semakin panas. Massa membakar gedung DPRD, markas kepolisian, halte, hingga stasiun. Amarah makin tak terbendung ketika beredar kabar bahwa sejumlah anggota dewan justru berada di luar negeri di tengah situasi genting ini. Amukan massa pun berujung pada penjarahan rumah para pejabat, termasuk Ahmad Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Peran Media dalam Menjaga Stabilitas
Di tengah situasi sosial-politik yang dinamis, media massa memiliki peranan penting dalam menjaga arus informasi agar masyarakat tetap mendapat kabar yang jelas dan akurat. Salah satunya adalah radio, yang masih dipercaya sebagai media efektif menjangkau publik luas. Di kawasan Tangerang, tren pasang radio Tangerang semakin diminati bukan hanya untuk bisnis, tetapi juga sebagai saluran komunikasi publik. Dengan strategi komunikasi yang tepat, pasang radio Tangerang dapat menjadi sarana memperkuat edukasi, meningkatkan kewaspadaan, sekaligus membangun kepercayaan masyarakat di tengah kondisi yang penuh gejolak.