Zelensky Tolak Proposal Damai Rusia, Anggap Sebagai Bentuk Ultimatum terhadap Ukraina

Sofy Sharfina

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, secara tegas menolak proposal perdamaian terbaru dari Rusia yang dia anggap bukan sebagai upaya diplomasi, melainkan sebagai ultimatum terselubung. Dalam pernyataannya pada Rabu (4/6/2025), Zelensky menyebut bahwa tawaran damai yang diberikan Moskow hanyalah bentuk tekanan yang tidak akan diterima oleh Kyiv. Ia menegaskan, “Ini bukan proposal damai, melainkan ultimatum. Dan bagi Ukraina, hal seperti itu tidak bisa diterima.”

Penolakan tersebut muncul setelah pertemuan delegasi Rusia dan Ukraina di Istanbul—yang menjadi pertemuan kedua dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Dalam pertemuan itu, kedua pihak saling bertukar dokumen peta jalan perdamaian. Namun, isi proposal Rusia cukup kontroversial. Moskow meminta Ukraina untuk mengakui kehilangan lima wilayah yang telah dicaplok lewat referendum, menarik pasukan dari daerah-daerah tersebut, bersikap netral secara militer, serta menghentikan pengiriman senjata dari negara asing.

Tak hanya itu, Rusia juga menyertakan “paket gencatan senjata” yang mensyaratkan Kyiv menghentikan pengerahan pasukan, menghentikan mobilisasi nasional, dan bahkan menggelar pemilu presiden. Permintaan tersebut dipandang Zelensky sebagai bentuk tekanan politik dan bukan jalan keluar damai. “Memorandum itu hanyalah salah kaprah. Bukan jalur menuju perdamaian, melainkan jebakan diplomatik,” ujar Zelensky.

Sementara itu, Vladimir Medinsky selaku ketua delegasi Rusia dalam perundingan di Istanbul, menyatakan bahwa dokumen tersebut merupakan peluang nyata untuk mencapai gencatan senjata yang bisa membuka jalan bagi perdamaian jangka panjang. “Kami tak memaksakan, kami menawarkan opsi damai yang realistis,” katanya kepada media Rusia.

Namun, Zelensky juga mengkritik keras proses diplomasi yang ia nilai berjalan tanpa arah. Menurutnya, pertemuan di Istanbul tidak memberikan keputusan konkret dan hanya membuang waktu jika tidak dibarengi niat serius dari pihak Rusia.

Di tengah ketegangan tersebut, masih ada satu titik terang yang muncul dari proses negosiasi: rencana pertukaran tahanan berskala besar antara kedua negara. Jurubicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut bahwa sebanyak 1.200 tahanan dari masing-masing pihak akan dipertukarkan dalam waktu dekat. Ia juga menuding Zelensky kurang menaruh perhatian pada hasil nyata dari negosiasi, karena terlalu fokus pada bantuan senjata dan dana dari negara Barat.

Konflik Ukraina-Rusia yang terus berlangsung telah memperlihatkan betapa kompleks dan rentannya upaya damai di tengah pertarungan kepentingan geopolitik. Di tengah derasnya arus informasi global seperti ini, media lokal punya peran penting untuk menyuarakan isu-isu krusial. Salah satu cara efektif untuk menjangkau publik secara lebih luas adalah dengan pasang iklan radio Tangerang, sebagai bagian dari strategi komunikasi yang mengedukasi dan menyuarakan berita penting ke masyarakat.

Share this post :

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *