Korea Selatan Gelar Pemilu Presiden Baru Pasca Darurat Militer

Sofy Sharfina

Setelah masa penuh gejolak yang ditandai dengan pengumuman darurat militer oleh Presiden sebelumnya, Yoon Suk Yeol, Korea Selatan hari ini, Selasa (3/6/2025), menggelar pemungutan suara nasional untuk memilih presiden baru. Pemilu ini dianggap sebagai titik balik penting dalam perjalanan demokrasi Korea Selatan.

Dilansir dari Yonhap, pemungutan suara dimulai pukul 06.00 waktu setempat dan akan berlangsung hingga pukul 20.00 di lebih dari 14 ribu tempat pemungutan suara di seluruh negeri. Dari total 44,3 juta pemilih terdaftar, sebanyak 15,4 juta telah menggunakan hak pilihnya lebih awal dalam voting pra-pemilu akhir pekan lalu—angka yang mencerminkan partisipasi awal tertinggi kedua sejak 2014.

Antusiasme warga terlihat sejak dini hari. Di kawasan Munrae-dong, Seoul, pemilih lanjut usia seperti Yu Bun-dol (80) sudah mengantre sejak pagi buta. “Kami datang pertama kali karena ini pemilu terpenting, dan kami ingin kandidat kami menang,” ujar Yu yang memilih dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) berhaluan konservatif.

Penghitungan suara akan dimulai segera setelah TPS ditutup, dan hasil pemenang diperkirakan keluar sekitar tengah malam. Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan mengesahkan hasil resmi pada Rabu pagi (4/6), disusul pelantikan presiden terpilih yang langsung menjabat tanpa masa transisi.

Pertarungan Lima Kubu dan Visi Kepemimpinan Baru

Lima kandidat bersaing dalam pemilu kali ini setelah dua calon mengundurkan diri dari persaingan. Lee Jae-myung dari Partai Demokrat (DP) menjadi tokoh utama dengan kampanye mengembalikan stabilitas usai pemakzulan Yoon. Lawannya yang kuat, Kim Moon-soo dari Partai Kekuatan Rakyat, menyerukan Korea Selatan yang bebas dari “kediktatoran” dan memanfaatkan isu persidangan yang menimpa kubu oposisi.

Sementara itu, Lee Jun-seok (Partai Reformasi Baru), Kwon Young-guk (Partai Buruh Demokratik), dan Song Jin-ho (independen) turut mengisi kontestasi politik dengan visi masing-masing. Survei terakhir menunjukkan Lee Jae-myung unggul sekitar 10 persen atas Kim, dengan dukungan terhadap Lee berada di kisaran 40%, Kim di angka 30-an persen, dan Lee Jun-seok sekitar 10%.

Baik Lee maupun Kim menjadikan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan kecerdasan buatan sebagai prioritas utama. Di sektor keamanan, Lee menawarkan diplomasi pragmatis untuk menanggapi dinamika geopolitik, sementara Kim fokus pada kekuatan militer dan pencegahan terhadap ancaman nuklir Korea Utara.

Menariknya, kedua kandidat juga sepakat untuk merevisi sistem pemerintahan—mengusulkan masa jabatan presiden empat tahun dengan kemungkinan dua periode. Namun pendekatan mereka berbeda: Kim ingin masa jabatannya dipersingkat menjadi tiga tahun demi penyesuaian jadwal legislatif, sementara Lee mendorong referendum nasional dan implementasi perubahan mulai tahun 2030.

Momen pemilu ini bukan hanya soal memilih pemimpin baru, tetapi juga menentukan arah masa depan Korea Selatan yang lebih stabil dan progresif. Bagi pelaku usaha dan pemangku kepentingan yang ingin menyampaikan informasi penting ke publik secara cepat dan efektif, strategi seperti pasang iklan radio Tangerang dapat menjadi solusi komunikasi yang berdampak, terutama dalam menyasar audiens lokal yang luas dan loyal.

Share this post :

Facebook
X
WhatsApp
LinkedIn

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *