WASHINGTON – Amerika Serikat dan China akhirnya mencapai kesepakatan dagang sementara yang menandai pelonggaran ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut. Dalam pertemuan bilateral di Swiss pada akhir pekan lalu, kedua negara sepakat menurunkan tarif impor masing-masing sebesar 115% untuk jangka waktu minimal 90 hari ke depan.
Sebagai bentuk konkret kesepakatan, China memangkas tarif produk-produk asal AS dari 125% menjadi hanya 10%, sementara AS menurunkan tarif barang-barang China dari 145% menjadi 30%. Kesepakatan ini menjadi titik terang setelah AS menerapkan kebijakan tarif resiprokal sejak April 2025.
Meskipun tidak dituangkan dalam pernyataan resmi, laporan Reuters mengungkap bahwa China akan melonggarkan ekspor logam tanah jarang (rare earth) dan magnet ke AS—dua komoditas penting dalam industri teknologi tinggi. Sementara itu, Bloomberg menyebut larangan impor pesawat Boeing ke China kini telah dicabut.
AS juga menurunkan tarif de minimis—tarif untuk produk impor bernilai rendah—dari 120% menjadi 54%. Kebijakan ini diyakini dapat menstimulasi perdagangan barang-barang konsumen bernilai kecil dan memperlancar alur perdagangan digital maupun fisik.
Dampak langsung dari kesepakatan ini terlihat di pasar global. Goldman Sachs memangkas proyeksi resesi AS dari 45% menjadi 35% dan merevisi naik pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun 2025 dari 0,5% menjadi 1%. Selain itu, data inflasi AS juga menunjukkan pelambatan ke 2,3% secara tahunan di bulan April—terendah sejak Februari 2021.
Sinyal pemulihan ekonomi turut mempengaruhi kebijakan moneter The Fed. Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga di atas 50 basis poin hingga akhir tahun menurun drastis dari 75,7% menjadi 35,9%.
Namun, Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa tarif bisa kembali dinaikkan jika dalam 90 hari ke depan tidak tercapai kesepakatan permanen. Meskipun begitu, dia memastikan tidak akan kembali ke level tarif sebelumnya yang mencapai 145%.
Reaksi pasar terhadap kabar positif ini begitu nyata. Indeks saham utama seperti Nasdaq, S&P 500, dan Dow Jones melesat tajam, masing-masing naik +4,35%, +3,26%, dan +2,81%. Bursa Asia turut menyambut positif dengan Hang Seng naik +1,57% dan Nikkei +2,24%. Harga emas sebagai aset safe haven justru terkoreksi -2,66%.
Dampak kesepakatan AS–China juga terasa di Indonesia. IHSG menanjak +2,15% didorong oleh derasnya arus modal asing yang masuk senilai Rp2,84 triliun—tertinggi sejak kebijakan tarif baru diumumkan. Ini memberikan sentimen positif terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan membuka peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga demi memacu pertumbuhan ekonomi.
Seiring membaiknya iklim dagang global, peluang promosi bisnis juga semakin terbuka. Dalam konteks lokal, pelaku usaha di wilayah Jabodetabek kini dapat memanfaatkan momentum ini dengan pasang iklan radio Tangerang, untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mendongkrak pertumbuhan brand secara efektif melalui media siaran terpercaya.