Pernah nggak sih kamu ngerasa hidup ini kayak naik tangga satu per satu? Mulai dari cari makan, nabung buat kosan, sampai mikir gimana caranya bisa jadi versi terbaik dari diri sendiri. Ternyata, hal itu udah dijelaskan sejak lama lewat teori yang namanya Hierarki Kebutuhan Maslow. Teori ini jadi semacam peta buat memahami motivasi kita dalam hidup, kenapa kita ngelakuin sesuatu, dan apa yang sebenarnya kita cari.
Teori ini dikembangkan oleh Abraham Maslow, seorang psikolog asal Amerika Serikat yang dikenal juga sebagai bapak psikologi humanistik. Ia menyusun kebutuhan manusia dalam bentuk piramida—dari yang paling dasar sampai yang paling tinggi. Ada 5 level utama dalam piramida ini, dan kita semua kemungkinan lagi berjuang di salah satu tingkatannya. Yuk kita bahas satu per satu.
1. Kebutuhan Fisiologis (Basic Needs)
Ini adalah pondasi dasar dari semua kebutuhan. Gampangnya, ini soal survive dulu. Tanpa makan, tidur, air, dan tempat tinggal, kita nggak bisa mikir ke mana-mana. Jadi kalau kamu lagi mikirin “besok makan apa ya?” atau “duh belum bayar kos”, berarti kamu lagi fokus di level ini. Nggak salah kok. Semua orang pasti pernah (atau sedang) ada di sini.
Contoh: Mahasiswa akhir bulan yang hidup dari mie instan? Yep, itu perjuangan di level paling bawah.
2. Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Begitu kebutuhan dasar terpenuhi, manusia mulai mikir soal keamanan. Bukan cuma soal keamanan fisik kayak punya tempat tinggal yang aman, tapi juga keamanan finansial, stabilitas kerja, bahkan kesehatan mental. Kita mulai pengen punya rutinitas yang stabil, nggak was-was tiap hari, dan merasa dilindungi.
Contoh: Kamu mulai mikir buat punya tabungan darurat, BPJS, asuransi, atau kerja tetap? Itu tandanya kamu lagi naik ke level ini.
3. Kebutuhan Sosial (Love & Belonging)
Manusia adalah makhluk sosial. Setelah merasa aman, kita pengen punya tempat buat belong. Kita mulai cari temen yang bisa diajak ngobrol, komunitas yang bikin nyaman, atau pasangan hidup yang bisa saling support. Di level ini, rasa disayang, diterima, dan dihargai itu penting banget.
Contoh: Ngerasa happy banget waktu nongkrong bareng temen deket? Atau insecure karena ngerasa nggak punya circle yang klop? Itu semua berkaitan sama kebutuhan psikologis ini.
4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)
Naik lagi, ada yang namanya kebutuhan akan penghargaan. Ini soal pengakuan dari diri sendiri dan orang lain. Kita pengen dihargai, dianggap capable, dan punya pencapaian. Tapi nggak cuma dari luar, rasa percaya diri dan self-worth dari dalam diri juga penting.
Contoh: Pamer sertifikat pelatihan di LinkedIn, cari validasi dari likes & komentar di sosmed, atau bahkan sekadar merasa bangga karena berhasil keluar dari zona nyaman—itu semua bentuk kebutuhan esteem.
5. Aktualisasi Diri (Self-Actualization)
Ini puncaknya. Di tahap ini, seseorang udah nggak terlalu fokus sama validasi dari luar. Dia lebih sibuk ngejar hal yang bikin hidupnya bermakna. Entah itu lewat berkarya, membantu orang lain, eksplorasi diri, atau bahkan menyadari panggilan hidupnya. Orang yang udah sampai tahap ini biasanya ngerasa hidupnya penuh dan punya arah.
Contoh: Orang yang banting setir dari karier korporat ke jadi pegiat sosial atau konten kreator yang ngejar passion meski hasil belum seberapa. Mereka lagi berjuang di level ini.
Apakah Kita Harus Naik Level Satu per Satu?
Nggak juga. Hidup itu dinamis. Kadang kita udah nyampe di level tiga, tapi kejebak krisis ekonomi dan balik mikirin kebutuhan dasar lagi. Atau ada yang keliatannya udah sampai aktualisasi diri, tapi ternyata belum merasa aman secara finansial. Nggak apa-apa. Yang penting, kita sadar sedang berada di mana dan pelan-pelan berusaha untuk naik, sesuai ritme masing-masing.
Kenapa Teori Ini Relevan Buat Gen Z dan Milenial?
Karena kita hidup di era yang serba cepat dan penuh tekanan. Banyak orang ngerasa burnout, nggak puas sama hidup, atau bingung mau ngapain. Dengan memahami piramida kebutuhan ini, kita bisa lebih mengenal diri sendiri dan sadar bahwa semua orang punya perjuangannya masing-masing.
Nggak semua orang harus langsung “sukses” versi media sosial.
Kenali Diri, Hargai Proses
Piramida Maslow bukan cuma teori psikologi, tapi cermin dari perjalanan manusia. Kalau kamu masih mikirin hal-hal mendasar, itu bukan berarti kamu gagal. Itu artinya kamu sedang berjuang memenuhi fondasi hidupmu. Jadi, hargai prosesmu, tetap belajar, dan jangan bandingkan langkahmu dengan orang lain. Karena pada akhirnya, semua orang lagi naik tangga yang sama—dengan kecepatan dan cerita yang berbeda.
Penulis: Aditya Tirta L
© Staradio Tangerang